Rabu, 12 Desember 2012

LP GASTRO ENTERITIS

Laporan Pendahuluan Gastroenteritis (GE)


LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS


A.    Pengertian
Beberapa pengertian gastroenteritis:
1.      Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2.      Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3.      Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B.     Penyebab
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2.      Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor Makanan:
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.      Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

C.    Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
1.      Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul gastroenteritis kerena peningkatan isi lumen usus.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul gastroenteritis pula.

D.    Tanda dan Gejala
a.       Diare.
b.      Muntah.
c.       Demam.
d.      Nyeri abdomen
e.       Membran mukosa mulut dan bibir kering
f.       Fontanel cekung
g.      Kehilangan berat badan
h.      Tidak nafsu makan
i.        Badan terasa lemah

E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan labolatorium
a.       Pemeriksaan tinja
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam dasar astrup bila menentukan PH, keseimbangan, analisa gas darah /astrup, bila memungkinkan
c.       Pemeriksaan kadar umum untuk mengetahui fungsi ginjal
2.      Pemeriksaan elektrolit
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada pasien gastroenteritis kronik

F.     Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroenteritis akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2.      Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.      Memberikan terapi simtomatik
4.      Memberikan terapi definitif.
ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:


a.       Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan gastroenteritis akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b.      Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
———————- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* gastroenteritis sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg = 1
* BP sistolik <60 mmHg = 2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
* Kesadaran apatis = 1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
* Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
* Facies cholerica = 2
* Vox cholerica = 2
* Turgor kulit menurun = 1
* Washer women's hand = 1
* Ekstremitas dingin = 1
* Sianosis = 2
* Usia 50-60 tahun = 1
* Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan cairan =
Skor
——– x 10% x kgBB x 1 ltr
15
c.       Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada gastroenteritis ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
d.      Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis gastroenteritis tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis gastroenteritis karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1) Koleriform, gastroenteritis dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2) Disentriform, gastroenteritis dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis gastroenteritis.
Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk gastroenteritis yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1)      Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2)      V. parahaemolyticus,
3)      E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4)      C. perfringens, spesifik
5)      A. aureus : Kloramfenikol
6)      Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
7)      Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol Helicobacter: Eritromisin
8)      Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
9)      Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
10)  Balantidiasis: Tetrasiklin
11)  Candidiasis: Mycostatin
12)  Virus: simtomatik dan suportif

G.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan  encer
2.      Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan menurunya intake dan output yang tidak adekuat
3.      Kurangnya pengetahuan
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB

Read More ->>

KONSEP DASAR NYERI

KONSEP DASAR NYERI
  1. Pengertian nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa keperawatan edisi 8 Linda Jual 1998).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson 2002).
  1. Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
  1. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1.      Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam asam)
2.      Pembengkakan Jaringan
3.      Spasmus Otot
4.      Kehamilan
5.      Inflamasi
6.      Keletihan
7.      Kanker
  1. Manifestasi klinis
1.      Gangguam Tidur
2.      Posisi Menghindari Nyeri
3.      Gerakan Menghindari Nyeri
4.      Pucat
5.      Perubahan Nafsu Makan
  1. Komplikasi
1.      Edema Pulmonal
2.      Kejang
3.      Masalah Mobilisasi
4.      Hipertensi
5.      Hipovolemik
6.      Hipertermia
  1. Fokus Pengkajian
1.      Riwayat Keperawatan
a.    Keluhan Utama : Pasien mengatakan Nyeri
b.   Riwayat Kesehatan sekarang : Mulai kapan dimulai nyeri (Akut/kronis) Pola Nyeri, Skala Nyeri
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
Skala nyeri menurut bourbanis
c.    Riwayat Penyakit Dahulu melalui kemungkinan pernah nyeri, atau pengalaman nyeri dimasa lalu, penyakit penyebab Nyeri
d.   Riwayat Penyakit keluarga : meliputi penyakit menular atau menahun yang mengakibatkan Nyeri.
  1. Hal Pemenuhan KDM Menurut
a.       Pola Oksigenasi : Keluhan sesak (nyeri), pola nafas ,bersihan jalan nafas.
b.                                                               Pola Nutrisi           : Asupan Nutrisi, pola makanan, kecukupan gizi, pantangan makanan.
c.                                                               Pola Eliminasi       : Pola BAB dan BAK, konsistensi fases, warna urin, volume out put, frekuensi BAB dan BAK sebagai identifikasi nyeri.
d.                                                              Pola Aktivitas       : meliputi gerakan (mobilitas) pasien, aktivitas/ pekerjaan pasien yang dapat menimbulkan nyeri/ mengurangi nyeri.
e.                                                               Pola Istirahat         : Meliputi Kebiasaan tidur/ istirahat pasien, kebiasaan dalam istirahat.
f.                                                                Pola Berpakaian    : Meliputi  baju yang sesuai berpakaian dan melepas pakaian.
g.                                                               Pola Mempertahankan temperatur tubuh dan lingkungan            : meliputi suhu tubuh, akral (dingin / hangat) warna (kaji adanya sianosis, kemerahan)
h.                                                               Pola Personal Hygiene
Meliputi : kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dari penampilan yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi, gosok gigi dll untuk menjaga kebersihan.
i.        Pola menghindari bahaya lingkungan dan rasa Nyaman.
j.        Pola komunikasi         : bagaimana berinteraksi dengan orang lain
k.      Pola beribadah          
l.        Pola bekerja                : Meliputi waktu bekerja
m.    Pola Bermain
n.      Pola Belajar
  1. Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan Umum
b.      Kesadaran
c.       TD
d.      N
e.       S
f.       RR
g.      Skala Nyeri : meliputi P,Q,R,S,T
  1. Pemeriksaan Fisik
1.      Kepala       : bentuk mesochepal/ tidak, rambut lurus beruban, rambut agak kotor, tidak ada lesi.
2.      Mata          : Bentuk simetris/tidak, konjungtiva tidak anemis, tidak /ada nyeri tekan pada kelopak mata, warna bola mata hitam. Reflek berkedip kurang, penglihatan agak berkurang.
3.      Hidung      : Bentuk simetris/tidak, tidak/ ada polip, tidak /ada nyeri tekan, tidak/ ada sekret.
4.      Telinga      : Bentuk, tidak/ ada sirumen berlebih, tidak\menggunakan menggunakan alat bantu pernafasan, tidak ada infeksi, selama sakit belum pernah dibersihkan.
5.      Mulut        : Bibir kering/tidak, gigi agak kotor/ bersih, dan terdapat karies tidak/ada nyeri tekan pada langit-langit mulut, tidak/ada pendarahan gusi.
6.      Leher         : Tidak/ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku leher/ tidak, tidak/ada pembesaran venajugularis.
7.      Dada         : Bentuk, terdengar bunyi wheezing/tidak, tidak/ada nyeri tekan, bunyi jantung normal terdapat kontraksi inspirasi.
8.      Abdomen  : Tidak/ada lesi, suara bising usus lemah/ kuat, tidak/ada nyeri tekan,tympani
9.      Inguinal     : Terpasang kateter/ tidak, tidak/bisa kencing
10.  Integumen : Warna kulit , jumlah rambut banyak/ sedikit, lembab atau tidaknya, tidak ada lesi/ tidak
11.  Extermitas
Akral dingin, edema -/- atau tidak, kekuatan 2/2, gerak yang tidak disadari -/-, atropi
-/-. Perifer tampak pucat.
Tulang belakang.(ada/tidaknya)
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.(tidak/ adanya)
12.  Genetalia : bentuk apa, tidak/ ada lesi, kulit skrotum kemerahan atau tidak,, tidaka/ada nyeri tekan, tidak/ada benjolan.
10.  Pengkajian Nyeri
a.    Meliputi : titik nyeri berasal :
1)      Pada bagian nyeri mulai terasa
2)      Kapan Rasa Nyeri Terasa
3)      Apa yang dikerjakan pada saat nyeri mulai terasa
4)      Apakah rasa nyeri mulai menyebar
b.              Faktor- factor yang mempengaruhi
a.       Apa yang dapat membuatnya lebih baik
b.      Apa yang membuatnya semakin terasa nyeri
c.       Obat-obatan penghilang
c.              Intensitas Nyeri
d.             Sifat Nyeri
        Gambaran rasa nyeri   : tidak nyaman, rasa terbakar, tegang, patah, kram.
11.  Pengkajian Fisik
·         Kaji tanda-tanda Vital (TTV)
ü  Nadi   : Karotid, apical, Radial, Femoral, Poppitea, Tibialispost,Dorsalis pedis.
ü  RR      : Kecepatan Peningkatan nafas, kedalaman, keteraturan, mulut dan hidung (nafas, cuping, hidung)
ü  Suhu
ü  Tekanan
12.  Fokus Intervensi
Intervensi Preoritas NIC
a. Penatalaksanaan Nyeri : Meringankan dan mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
b.      Pemberian Analgetik : penggunaan agen-agen farmakologi untuk mengurangi dan menghilanngkan nyeri.
13.  Diagnosa Keperawatan
-          Nyeri berhubungan dengan iskemik miocard
14.  Intervensi
1.    Mandiri
ü  Ukur Tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
ü  Kaji saat timbulnya nyeri dan intensitas nyeri
Rasional : untuk mengetahui pola nyeri dan penanganan yang tepat.
ü  Kaji pola Istirahat pasien
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
ü  Berikut relaksasi / distraksi
Rasional : Pemberian distraksi relaksasi dapat mengurangi nyeri.
2.    Kolaborasi
Pemberian Analgetik
Rasional : Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu dengan menghambat Sintesis prostaglandin
3.    Pankes
ü  Anjurkan Pasien untuk berfikir positif dan tenang untuk mengurangi nyeri.
ü  Beri penjelasan mengenai penanganan nyeri kepada klien dan keluarga























DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Hidayat ,A. Aziz Alimun.2005.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Mubarak, Wahit chayatin, N.  2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3. Salemba:Medika.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 



Read More ->>

LP NUTRISI

A.DEFINISI

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.( Wilkinso Judith M. 2007)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.( Nanda. 2005-2006 )

B.FISIOLOGI

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalaui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakn tugasnya.
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan , maka saluran pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus.Untuk ini dibutuhkan:

1.Pergerakan makan melaui saluran pencernaan.
2.Sekresi getah pencernaan.
3.Absorbpsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.
4.Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang diabsorbpsi.
5.Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon

Dalam lumen saluran gastroinrestinal (GI) harus diciptakan suatu lingkunugan khusus supaya pencernaan dan absorbsi dapat berlangsung.
Sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal. Mekanisme pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan komposisi kandungan dan lumen gastrointestinal.
Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen.sistem ini terdapat didalam dinding saluran gastrointestinal. Kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah rangsangan dilumen yaitu regangan dinding oleh isi lumen ,osmolaritas kimus atau konsenttrasi zat yang terlarut, keasaman kimus atau konsentrsi ion H, dan hasil pencernaan karbohidrat, lemak, protein (monosakarida, asam lemak dan peptide dari asam amino).

Proses pencernaan makanan antara lain :
1.Mengunyah
2.Menelan(deglusi)
a.Pengaturan saraf pada tahap menelan
b.Tahap menelan diesofagus
3.Makanan dilambung
4.Pengosongan dilambung
5.Factor reflexs duodenum
6.Pergerakan usus halus
a.Gerakan kolon
b.Gerakan mencampur
c.Gerakan mendorong
7.Defekasi


C.MANIFESTAI KLINIS

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :
A.Subjektif
a.Kram abdomen
b.Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
c.Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.
d.Melaporkan perubahan sensasi rasa.
e.Melaporkan kurangnya makanan.
f.Merasa kenyang segrav setelah mengingesti makanan.

B.Objektif
a.Tidak tertarik untuk makan.
b.Diare.
c.Adanya bukti kekurangan makanan.
d.Kehilangan rambut yang berlebiahan.
e.Busing usus hiperaktif.
f.Kurangnya minat pada makanan.
g.Luka,rongga mulut inflamasi.



D.FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian

1.Riwayat keperawatann dan diet.
a.Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
b.Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
c.Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?
d.Adakah sttus fisik pasien ang dapat meningkatakan diet seperti luka bakar dan demam?
e.Adakah toleransi makanan/minumam tertentu?

2.Factor yang mempengaruhi diet
a.Status keehatan
b.Kultur dan keperrcayaan
c.Status sosial ekonomi.
d.Factor psikolpgis.
e.Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

3.Pemeriksaan fisik
a.Keadaan fisik:apatis,lesu
b.Berat badan :obesitas,kurus.otot : flaksia,tonus Kurang,tidak mampu bekerja.
c.Sistem saraf:bigung,rasa terbakar,reflek menurun.
d.Fungsi gastrointestinal: anoreksia,konstipasi,diare,pembesaran liver.
e.Kardiovaskuler:denyut nadi lebih dari 100 kali/menit,irama abnormal,tekanan darah
rendah/tinggi.
f.Rambut: kusam,kering,pudar,kemerahan,tipis,pecah/patah-patah.
g.Kulit: kering,pucat,iritasi,petekhie,lemak disubkutan tidak ada.
h.Bibir: kering,pecah-pecah,bengkak,lesi,stomatitis,membrane mukosa pucat.
i.Gusi: perdarahan,peradangan.
j.Lidah: edema,hiperemasis.
k.Gigi: karies,nyeri, kotor.
l.Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
m.Kuku: mudah patah.


4.Pengukuran antopometri:

a.Berat badan ideal: (TB- 100)*10%
b.LINGKAR PERGELNGAN TANGAN
c.LINGKAR LENGAN ATAS (MAC) :
Nilai normal
Wanita :28,5c
Pria :28,3 cm
d.Lipatan kulit paad otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria :12,5-16,5 cm


5.Laboratorium

a.Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
b.Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
c.Hb (N: 12 MG%)
d.BUN (N:10-20 mg/100ml)
e.Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-LAK1: 0,6-1,3 MG/100 ML,WANITA: 0,5-1,0 MG/
100 ML)


E.DIAGNOSA KEPERAWTAN DAN INTERVENSI


INTERVENSI RASIONAL
1.Tingkatkan intake makanan melalui:
a.Mei pasien.ngurani gangguan lingkungan yang berisik dan lain0lain.
b.Berikan obat sebelum makan bila ada indikasi.
c.Jaga privasi pasien.
2.Jaga kebersihan mulut pasien
3.Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4.Sajikan makanan yang mudah dicerna,dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit
tapi seing.
5.Kaji tanda vital,sensori dan bising usus.
6.Monitor hasil lab,seperti glukosa,elektrolit,albumin,Hb, kolaborasi dengan dokter.
7.Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
8.Pemberian caiaran/ makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian.
1.Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
2.Mulut yang bersih meningkatakan nafsu majkan.
3.Membantu pasien makan.
4.Meningkatkan selera makan dan intake makan.
5.Membantu mengkaji keadaan pasien.
6.Monitor status nutrisi.
7.Meningkatkan pengetahuan agar pasien le bih koopeartifonitor.
8.Menghindari aspirasi


DAFTAR PUSTAKA

Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Syaifudin.2006.Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.Jakarta: EGC



Read More ->>

Label

Diberdayakan oleh Blogger.