Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa UN tersebut sudah mendesain anak untuk memiliki karakter manipulatif. Hal itu juga terjadi pada sekolah-sekolah yang takut siswanya tidak lulus sehingga cara apa pun akan digunakan, termasuk cara curang.
"Ada sekolah yang menjalankan UN dengan jujur, tetapi ada juga yang tidak karena ketakutan kalau anak-anak ini tidak lulus akan berpengaruh pada kualitas sekolah juga," kata Retno, kepada Kompas.com, Senin (31/12/2012).
"Jadi, mau dibuat soal hingga berapa jenis saja, kalau memang sudah niatnya curang, tidak akan ada pengaruhnya," imbuh Retno.
Ia juga mengungkapkan bahwa langkah pemerintah untuk memperbanyak variasi soal dalam satu kelas ini merupakan bentuk pencegahan agar praktik kecurangan UN tersebut tidak meluas. Padahal, sebelumnya pihak kementerian selalu membantah adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN.
"Ini kan lucu ya. Mereka membantah tidak ada kecurangan, tetapi soalnya dibuat 20 variasi agar siswa konsentrasi dan tidak tengak-tengok. Ini kan berarti mereka mengakui ada tindak kecurangan," ujar Retno.
"Mau bagaimanapun caranya, UN ini sudah tidak sesuai, apalagi dijadikan alat penentu kelulusan," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar